CONFUCIUS HOMETOWN – THE ORIENTAL HOLY CITY
Kongzi Guli Dongfang Shengcheng 孔子故里东方圣城
Sebuah Catatan Perjalanan Ziarah Ke Qufu Dan Wisata Ke 4 Wen Miao/ Kong Miao 2012
Oleh : Budi Wijaya
Ketua Bidang Luar Negeri MATAKIN
Delegasi MATAKIN Ziarah Qufu 2012 terdiri dari : 64 orang ikut tour dan 8 orang non tour. Total 72 orang seperti jumlah murid Nabi yang terkenal. Namun 1 orang yang non tour adalah orang Sunda Muslim asli yang ketemu dan sebangku dengan saya di pesawat Airasia jurusan Kuala Lumpur-Beijing dan mau ikut ziarah dan sekalian jadi fotografer dadakan dengan kamera saya pribadi. Peserta non tour terdiri dari Js. Wawan Kurniawan + Ny, Dq,. Tundra Kosasih (Ka Matakin Prov. Samarinda), Js. Handoko Cokro +Ny (Boen Bio), saya+Lany Guito dan Pak Atik. Kami ber delapan pada tanggal 23 September 2012 naik Airasia dengan tempat dan jam keberangkatan yang berbeda. Js. Wawan dan nyonya dari Jakarta, Dq. Tundra dari Balikpapan, Handoko dan saya beserta nyonya masing-masing dari Surabaya. Berangkatnya akan bertemu di Kuala Lumpur sebelum ke Beijing. Tempat, tanggal dan jam kepulangan ke kota masing-masing juga berbeda-beda. Saat catatan ini dibuat (8 Oktober), Dq. Tundra masih di Tiongkok; yang lainnya sudah kembali dan terkahir saya tanggal 7 Oktober 2012 balik ke Surabaya.
Perjalanan tanggal 23 September 2012 dari Surabaya ke Beijing harus kami tempuh melalui Surabaya-Kuala Lumpur (2,5 jam via udara), Kuala Lumpur-Beijing (5jam 50menit via udara) sehingga sampai di Beijing pagi dini hari sekitar pk. 01.00 dan harus mencari mobil sewaan ke hotel seharga Yuan 600. Di Beijing kami bermalam 3 hari sampai cek out tanggal 26 September dan siap berangkat ke Qufu. Tidak banyak yang kami kunjungi di Beijing selama 3 malam karena memang dari semua 7 orang, rata-rata sudah ke Bejing minimal untuk ke 3 kalinya sehingga tidak mengejar obyek wisata. Kami hanya pergi dan masuk ke Wen Miao Beijing, setelah melewati dan melihat dari luar Lama Temple.
Pada tanggal 24 September kami pergi ke Beijing Wen Miao dan Guozijian Museum (tiket masuk Yuan 30) di kompleks Wen Miao yang cukup ramai dikunjungi wisatawan. Wen Miao ini letaknya berdekatan dengan Lama Temple seolah bersaing memperebutkan pengunjung. Di museum Guozijian di dalam Wen Miao Beijing yang sangat luas ini juga ada gambar-gambar Wen Miao di seluruh dunia termasuk di Jepang dan Vietnam dan gambar-gambar Kongzi Xueyuan / Confucius Institute yang didirikan di berbagai negara. Sayang saya belum melihat ada gambar Wen Miao Surabaya di sana.
Kongzi Miao di Nagasaki Jepang dan Halaman Kongzi Miao di Ashikaga College Jepang. Banyak referensi dalam Guozijian Museum.
Robespierre dlm Revolusi Perancis 1789 mengutip Lunyu “Jangan lakukan apa yang tidak ngin orang lain lakukan padamu.”
Dalam kompleks Wen Miao Beijing
Pada tanggal 25 September dengan naik subway kita hanya pergi ke pearl market, cuci mata dan beli sedikit oleh-oleh seperti VCD pelajaran Mandarin, mini speaker, dompet, dll termasuk beli tiket kereta gaotie jurunan Beijing Qufu.
Genta Besar di dalam Wen Miao
Pada tanggal 26 September kami ke Qufu. Beijing-Qufu (berjarak 535 km, ditempuh dalam waktu 2 jam 21 menit naik kereta gaotie G107 berangkat dari Stasiun Beijing Selatan (Beijing Nanzhan) pk. 08.10 dan tiba di stasiun Qufu Timur (Qufu Dongzhan), bertarif Yuan 245). Semestinya kereta jenis gaotie berkode seri G bisa lebih cepat lagi karena generasi terbaru daripada kereta dongche berkode seri D. Sebagai info, dongche yang saya naiki tahun 2010 dari Xi’an ke Zhengzhou melaju pada kecepatan 360 km/jam. Namun karena pernah terjadi kecelakaan kereta cepat, maka otoritas menurunkan batas kecepatan maksimalnya.
孔子故里东方圣城 Confucius Hometown The Oriental Holy City
Di dalam Stasiun Qufu Dongzhan terpampang Patung Kongzi
Begitu tiba di Stasiun kereta Qufu Timur, kami sangat terkesima dengan baliho yang terpampang di stasiun seakan menyambut kami yang berbunyi Kongzi Guli – Dongfang Shengcheng 孔子故里-东方圣城 (Confucius Hometown – The Oriental Holy City). Ini menunjukkan pengakuan pemerintah terhadap kesucian tanah kelahiran Kongzi, sama persis umat lain menyebut Jerusalem dan Mekah sebagai tanah suci atau tanah yang dijanjikan. Sebagai informasi tiap tahun beribu-ribu umat lain dari Indonesia pergi ke Jerusalem. Sayapun kaget ketika tanggal 12-17 September 2012 pergi ke Jordania dan Jerusalem, ternyata banyak karyawan dan pemilik toko souvenir di Jerusalem bisa berbahasa Indonesia. Luar biasa, sementara jumlah peserta ziarah ke kota suci Qufu masih 72 orang (yang benar-benar ikut sembahyang 71 orang, karena Pak Atik, adalah Sunda Muslim). Memang masih ada peserta tour non MATAKIN yang ketemu saya di Kong Miao Qufu, namun kedatangan mereka bukan untuk ziarah. Bagi umat lain, pergi ke tanah suci Holy Land Jerusalem dan Mekah adalah kewajiban dan tidak jarang sejumlah orang malah pergi ke tanah suci tersebut lebih dari sekali. Dahlan Iskan sudah lebih 10 kali ke Mekah. Tour ke Holy Land selalu muncul di iklan Koran. Kini sudah waktunya MATAKIN dan didukung MAKIN mencanangkan tour ke Qufu Holy City (bukan Holy Land). MAKIN daerah sebisa mungkin tidak perlu berkompetisi membuat sendiri tour ziarah, namun sebaiknya bergabung dengan MATAKIN.
Ziarah ke Qufu 2012 didesain selain untuk pergi bersembahyang ke makam Nabi Kongzi, juga untuk menghadiri harlah di Kong Miao. MATAKIN bidang Luar Negeri telah berupaya jauh-jauh hari untuk bisa dapat undangan secara resmi dari panitia Harlah di Qufu. Beberapa bulan yang silam Bidang LN sudah berkomunikasi dengan Dr. Yang Chaoming, Rektor Qufu Kongzi Yuanjiuyuan 曲阜孔子研究院 (Qufu Confucius Reseach Academy) maupun dengan Mr. Liu Xubing, Kepala Hub. Luar Negeri Qufu Kongzi Yuanjiuyuan sebagai pelaksana dari Kongres Confucianism dunia, namun gagal mendapatkan undangan karena pihak yang menyusun undangan adalah pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Shandong yang amat ketat seleksinya dan pihak akademi tidak bisa berbuat apapun selain sebagai pelaksana saja. Biasanya peserta Kongres otomatis bisa menghadiri Harlah di Kong Miao Qufu.
Untuk menghadiri Harlah, ternyata prosedurnya juga amat rumit. Saya dirujuk oleh Mr. Liu Xubing untuk menghubungi Mr. Yuan Ruxu, kepala seksi Confucius Culture Festival Jining County (Jining Kongzi Wenhuajie 济宁孔子文化节) sebagai pelaksana harlah di Kong Miao Qufu. Namun panitia di sana juga tidak bisa memberikan undangan karena jumlah kita banyak.
Bidang LN juga mengadakan komunikasi dengan Mr. Duan Yanping, pemimpin dari Guo Xueyuan (Akademi Studi Negara) yang dikenalkan oleh Dr. Chen Yong (Mexico). Kita minta bantuan agar dapat masuk ke acara Harlah di Kong Miao. Namun beliaupun menyarankan agar menghubungi Dr. Yang Chaoming, rector Qufu Kongzi Yuanjiuyuan sebagai pelaksana Kongres.
Akhirnya MATAKIN tidak membuat target bisa mengikuti harlah di Kong Miao. Sementara itu Js Wawan Kurniawan juga berupaya minta bantuan P Haris yang kenal dengan orang Shandong bekas pejabat yang ada di Indonesia. Dari hasil komunikasi, tampaknya akan diberi 2 undangan sebagai peserta Kongres karena Js. Wawan K dan saya diminta mengirim Curriculum Vitae, namun undangan Kongres juga tidak kunjung datang sampai kita berangkat dan pulang. Kenalan P Haris juga sudah berupaya secara maksimal mencari undangan perayaan Harlah di Kong Miao Qufu dan dijanjikan akan memberikan 30 undangan. Bilamana ini terjadi maka akan terjadi keributan karena peserta tour 64 orang. Dan janji 30 undangan inipun masih belum ada dokumennya. Namun kejutan-kejutan silih berganti muncul.
Mendekati stasiun Jinan, Tai’an dan Qufu, saya berkomunikasi intens dengan Mr. Duan Yanping. Karena tidak mamasang target banyak mengingat MATAKIN kita masih belum popular dan kita tidak mendapatkan undangan resmi, maka ketika sampai di stasiun Qufu Timur 26 September, kita langsung beli tiket pulang ke Beijing untuk tanggal 29 September pagi hari. Terjadi kata sepakat dengan Mr. Duan bahwa setelah cek in di hotel kita akan dijamu makan siang. Di depan tempat yang dijanjikan, Mr. Duan dengan sangat sederhana menganggukkan badan lebih dari 45 derajat dengan tangan bai kepada kita semua.
Akhirnya kita (8 orang non tour) disambut makan siang dengan lebih dari 20 menu makanan khas Shandong oleh Mr. Duan. Selesai makan siang kita diajak ke Guo Xueyuan (Akademi Studi Negara) pimpinan Mr. Duan Yanping. Di tempat beliau kita diberi booklet akademi dan satu gambar Nabi Kongzi warna hitam (booklet, gambar Nabi, dll saya titipkan ke Js Wawan K). Di sini beliau juga menawarkan kita untuk mengikuti acara sembahyang harlah pada tanggal 29 September dengan pakaian khas sembahyang. Sebagai info, acara sembahyang ini bukan bersifat kenegaraan tetapi selalu rutin tiap tahun diadakan oleh Guoxueyuan (Akademi Studi Negara). Setelah itu kita diajak di salah satu ruangan music dimana siswa-siswa Akademi Studi Negara melantunkan syair dengan bantuan LCD proyektor.
Di dalam Guoxueyuan tertulis 仁义礼智信 Ren Yi Li Zhi Xin
Guru Duan Yanping bersama sebagian siswa Guoxueyuan di dekat kompleks Kong Miao
Setelah itu kami 8 orang diajak menghadiri pembukaan acara pameran dan kompetisi <论语>回故里 Lunyu Hui Guli (“ Lunyu Back to Hometown”) yang bertempat di Qufu Kongzi Yuanjiuyuan (Confucius Research Academy Qufu) dimana berbagai pejabat perpustakaan Pemprov Shandong dan Pemkot Qufu, dan pejabat lain termasuk Mr. Yang Chaoming, Rektor Qufu Confucius Research Academy Qufu. Gedung akademi ini sangat luas dan di satu bagian dari gedung terdapat patung-patung. Acara Lunyu Hui Guli ini juga memamerkan Kitab Lunyu dari berbagai versi dan dari berbagai tempat/dinasti/waktu antara lain karya James Legge namun saya belum melihat Susi / Sishu versi MATAKIN atau Kitab-kitab Kongzi lainnya terbitan senior-senior terdahulu berbahasa Indonesia/Melayu di Indonesia termasuk Kitab Lun Gi terbitan Boen Bio. Ini kesempatan dan tantangan buat MATAKIN untuk “go global” dan pelan-pelan bisa diterima sejajar dengan badan studi Khonghucu lainnya di Zhongguo. Termasuk ketika di Wen Miao Beijing, belum ada gambar Wen Miao Surabaya yang terpampang di sana. Setelah acara kita balik ke Qufu International Youth Hostel dengan naik becak versi Zhongguo (Y 10).
Pembukaan Pameran & Kompetisi论语回故里 “Lunyu”Back to Hometown.
Wawancara oleh wartawan China
Two disciples of Kongzi from Surabaya
Lunyu yang tercetak dalam bilah bambu
Keesokan hari yaitu tanggal 27 September, kami peserta non tour kecuali Js. Wawan K pergi ke Taishan untuk bersembahyang. Rata-rata obyek di Qufu berkelas AAAAA (rating tertinggi 5A). Untuk ke Taishan perlu menyiapkan uang lebih. Dari Qufu mesti naik bis umum sekitar 1 jam lebih dengan karcis bis sekitar Yuan 50. Setelah sampai di terminal bis mesti naik taxi lagi ke tempat baik bis ke Taishan. Satu orang harus menyiapkan Yuan 157 untuk biaya bis+tiket masuk (Y 127) dan naik cable car (Y 30) ke Taishan. Untuk cable car turun dari Taishan masih perlu Yuan 30/orang. Sebaiknya beli dupa sebelum naik bis ke Taishan karena dupa yang dijual di Kong Miao Taishan mahal (3 batang berkisar Yuan 30, padahal di Guandi Miao Datong, 3 batang yang sama berkisar hanya Yuan 10). Kong Miao di Taishan adalah klenteng yang paling tinggi di Taishan. Ada beberapa klenteng Budhis/Taois sebelum puncak Taishan / Kong Miao.
Gerbang 天街 (Tian Jie, Jalan Tuhan)
Sembahyang di Kong Miao Taishan
Pada tanggal 28 September, Js. Wawan menginfomasikan agar kita cepat-cepat pergi ke Kong Miao karena rombongan tour MATAKIN sudah sampai di sana. Ketika kami ber-8 sampai di Kong Miao ternyata rombongan tour MATAKIN sudah masuk secara khusus. Untungnya pada hari H panitia di Qufu memberikan 64 undangan, sehingga semua peserta tour masuk kecuali satu orang yang terpaksa harus ke rumah sakit. Sementara 8 orang yang non tour harus membeli undangan gelap yang diperjualbelikan seharga Yuan 100/orang (negotiable). Bersyukur kita mendapat bantuan dari teman P Haris. Di Kong Miao, saya juga berkenalan dengan pemilik travel biro Indonesia yang bisa memasukkan peserta tour ke Kong Miao.
Upacara agung harlah Nabi Kongzi
Rombongan ziarah Qufu Matakin 2012
Acara di Kong Miao yang sangat meriah dan mendapat sambutan dari banyak orang (berjubel) dibagi menjadi 2 bagian yakni upacara resmi kenegaraan dimana wakil-wakil organisasi/badan dunia yang berhubungan dengan studi Khonghucu hadir di sebelah kanan dan kiri aula utama perayaan. Sedangkan pejabat Negara di depan aula utama. Setelah pejabat-pejabat Negara memberikan penghormatan, lalu diikuti wakil-wakil badan dunia studi Khonghucu memberikan penghormatan dan memberikan buket bunga. Setelah selesai upacara kenegaraan, masyarakat yang sudah masuk boleh memberikan penghormatan. Lalu tidak lama setelah masyarakat memberikan penghormatan, aula utama dikosongkan untuk acara selanjutnya yakni penghormat-an dari keturunan marga Kong (tua maupun balita) yang semuanya berbaju merah. Sementara itu di Kong Miao Qufu, saya juga berkenalan dengan James Kong 孔垂旭 (Kong Chuixu) keturun- an ke 79 berwajah Barat karena mamanya Jeni Hung 孔珍妮 (Kong Zhenni) adalah orang Barat serta beberapa keturunan bermarga Kong supaya ke depan kita mendapat kemudahan mengikuti Kongres Confucianism Dunia maupun perayaan Harlah di Kong Miao Qufu ataupun upacara Qingming yang dipusatkan di makam Nabi Kongzi di Kong Lin yang selalu rutin diselenggara kan tiap tahun. Di pintu keluar Kong Miao, ada seorang wanita berteriak haleluya terus menerus. Dq. Tundra segera mendekati wanita tersebut dan mengatakan bahwa tidak ada haleluya.
Prosesi upacara Harlah di Kong Miao
James Kong dan mama Jeni Hung
Setelah menghadiri upacara kenegaraan di Kong Miao, kami naik dokar yang ditarik oleh seekor kuda yang ekstra besar dan gagah pergi ke Kong Lin (karcis masuksingle Yuan 50, namun kami ditawari beli Yuan 40; sedangkan tiket terusan Kong Miao, Kong Lin, Kong Fu, Yuan 150). Dengan naik kereta listrik (Yuan 20/orang) dan dipandu oleh sopir perempuan merangkap pramuwisata, kami akhirnya sampai di dekat makam Nabi. Kompleks makam di Kong Lin ini amat luas. Semua keturunan Nabi Kongzi beserta para istrinya diperbolehkan dimakamkan di sini. Yang unik ialah makam seorang keturunan Nabi yang istrinya adalah putri Kaisar Qianlong dan sang Kaisar membangun pintu gerbang khusus di makam tersebut. Di depan makam Nabi Kongzi bersama-sama peserta tour bersembahyang dan mengambil foto di depan makam Nabi Kongzi.Sore hari setelah dari Kong Lin, saya, P Tundra, Js. Handoko dan P Atik pergi ke stasiun untuk merubah tiket kereta api menjadi kode G 120 pk. 13.36 untuk kepergian ke Beijing karena mau mengikuti acara harlah oleh Mr. Duan. Dq. Tundra dan Js Handoko rubah jam ke Shanghai.
Kuda Shandong yang kekar dan besar
Gerbang makam putri Kaisar Qianlong & suami
Makam Kongzi dgn hiasan bunga, sore 28/9/12
Gerbang Zhisheng lin bersama Ketua Perkhin
Tgl 29 September sebelum pk. 9 pagi kami sudah sampai di depan Qufu Kongzi Yuanjiuyuan sesuai janjian, namun bingung karena tidak ada acara di sana. Namun di seberang, terdapat Taman Budaya Kongzi (Kongzi Wenhuayuan) yang tempatnya persis di seberang Kongzi Yanjiuyuan (Akademi Riset Kongzi) Qufu terlihat ada aktivitas. Rupanya aktivitas inilah yang ditunggu-tunggu. Lalu semua peserta 8 orang kecuali P Atik diberi pakaian upacara. Kami memakai pakaian sembahyang khas keagamaan di tempat Kongzi Wenhuayuan. Namun pakaian yang dipasangkan ke badan saya berbeda dengan teman-teman Khonghucu dari Indonesia. Dan diluar dugaan saya ditunjuk sebagai pemimpin upacara. Sungguh suatu pengalaman luar biasa yang tidak terduga meski agak kagok karena belum diberitahu sebelumnya dan tidak ada acara gladi bersih. Saya juga berkomunikasi dengan Mr Duan bahwa MATAKIN akan tiap tahun berziarah dan peserta ziarah diberi sertifikat dimana Mr. Duan dan lembaganya bisa ikut tercantum di sertifikat tsb. Beliau setuju. Kepada Mr Duan, MATAKIN juga memberikan suvenir baju Ziarah Qufu 2012 (mestinya milik Js Wawan Kurniawan) dan sebuah emblem genta dari monel yang saya bawa dari Surabaya. Sementara P Atik kebagian peran jadi fotografer.
Budi Wijaya sbg pemimpin upacara (depan)
Ny.Duan, Lany, Budi, Wawan, Atik,Tundra, Handoko, Herlina, Yana dgn jubah upacara
Ke depan, Bidang LN akan berupaya mendapat undangan untuk kongres dan harlah resmi.
Saya berharap baju2 ini kita datangkan ke Indonesia dan MATAKIN mau mengadopsi supaya acara ritual Khonghucu bisa kembali asli (back to the original). Bilamana memang mau, saya akan berkomunikasi dengan Mr. Duan untuk beli baju khas tsb. Dq. Tundra juga sudah bersemangat pada hari itu juga mau membawa pakaian tersebut untuk dipakai di Samarinda, begitu pula saya untuk Boen Bio. Maunya pakaian yang sudah saya pakai tidak usah dilepas dan dikembalikan, begitu kata teman-teman. Saya tunggu Dewan Pengurus dan Dewan Rohaniwan.
Setelah bersembahyang kita kembali; P Tundra dan Js. Handoko langsung ke stasiun untuk mengejar kereta ke Shanghai. Sementara Js. Wawan, saya dan nyonya serta P Atik jalan-jalan di took-toko sembari menghabiskan waktu sebelum ke stasiun siang itu untuk ke Beijing dengan kereta gaotie yang sama pk. 13.36.
Sampai di Beijing hari sudah sore dan kami harus ke hotel Jade International Youth Hostel. Esoknya tanggal 30 September, kami harus antre panjang beli tiket bus ke Datong. Jadi seharian tanggal 30 September habis untuk antri tiket bis dan naik bis ke Datong sampai malam pk. 18.00. Lalu kita makan malam di resto di depan Stasiun Xinnan (Selatan Baru) lalu ke hotel Jinjiang.
Datong 大同adalah sebuah kota berjarak 360 km (sekitar 5 jam perjalanan darat) di sebelah barat Beijing. Dari Beijing naik bis di terminal Liuli Qiao 六里桥dekat Stasiun kereta Beijing Barat dengan membayar Yuan 160/orang ke Datong. Suhu di Datong pada pertengahan musim Gugur (Zhongqiu) berikisar 3 – 16 derajat C. Lebih dingin dari Beijing (10-23 derajat C). Semestinya kami juga ingin mengunjungi Pingyao sebuah kota kuno di dekat Taiyuan dimana di kota Pingyao juga terdapat Wen Miao namun karena di Zhongguo bertepatan dengan Guoqingjie 国庆节 (Hari Kemerdekaan, libur resmi seminggu dan Zhongqiu Jie 中秋节(Pertengahan Musim Gugur, dimana keluarga selalu ingin berkumpul), kami mengurungkan niat ke Pingyao Wen Miao 平遥文庙karena padatnya kendaraan dan terbatasnya waktu. Hanya kami berempat : Js. Wawan K dan istri dan saya dengan istri yang pergi ke Datong, sementara teman lainnya Dq. Tundra dan Js. Handoko+istri pergi ke Shanghai naik kereta lalu dari Shanghai ke Guangzhou naik pesawat dan P Atik tinggal di Beijing untuk kepulangan tgl. 3 Oktober. Tiket kereta pada hari libur sudah habis jauh-jauh hari; tiket pesawat juga melambung harganya sehingga dari Qufu-Shanghai (kereta) dan Shanghai-Guangzhou menghabiskan total biaya Yuan 1800an/orang.
Hari kedua di Datong yaitu tanggal 1 Oktober, kami pergi ke Yunkang Shiku 云冈石窟(Yungang Grottoes, di jaman kuno disebut Wuzhoushan Grottoes) yang terletak di lembah sungai Shili di Gunung Wuzhou, 16 km arah barat daya dari kota Datong. Untuk menuju kesana mestinya bisa ditempuh dengan naik bis no. 3 yang langsung kesana. Tapi karena tidak tahu, maka kami naik taxi dan habis Yuan 40an. Ada 252 grottoes (gua kecil) di dalam Yunkang Shiku dengan 51000 ukiran patung ini dibangun pada abad 5-6 M. Beberapa gua sedang dalam tahap renovasi. Pada tahun 2001 UNESCO mencatatnya sebagai sebuah masterpiece dari seni gua Budhis Tiongkok. Yunkang Shiku (Yungang Grottoes, bertarif Yuan 150) ini adalah salah satu dari 10 tempat yang harus dikunjungi di China. Meski bertarif Yuan 150, pengunjung di sini cukup ramai dan tempat wisata ini diklasifikasi sebagai AAAAA.
Siang pk. 12 an kami balik ke kota Datong dengan naik bis no. 3. Lalu setelah turun dari bis, kami makan lalu naik bis lagi menuju ke satu tempat dimana ada beberapa klenteng yang memang berdekatan satu sama lainnya. Karena mayoritas khas Budhis/Taois, kami tidak masuk, hanya melihat luarnya saja. Setelah jalan-jalan sore itu kami pergi ke Wen Miao. Di sana bernama resmi Fu Wen Miao 府文庙. Kalau di Beijing Wen Miao saya lihat cukup banyak pengunjungnya, namun di Datong Wen Miao (tiket masuk Yuan 40), pengunjung sore hari di sini tidak banyak. Js. Wawan dan saya yang masuk di Wen Miao dan saya tidak melihat ada penjualan dupa di sini. Di bagian depan pintu masuk bagian dalam berdiri beberapa petugas dan setelah masuk kami diberi kenang-kenangan booklet Wen Miao oleh customer service perempuan karena beberapa hari ini ada peringatan harlah Kongzi, kata petugas pria.
Keadaan ini berbanding terbalik dengan ketika pada tanggal 2 Oktober kami mengunjungi Hanging Temple Xuankong Si 悬空寺 (bertarif Yuan 130) di atas Heng Shan (salah satu dari 5 gunung besar di Tiongkok : Taishan 泰山di Timur, Heng Shan 恒山di Utara, Heng Shan 衡山di Selatan, Song Shan 嵩山 di Tengah dan Hua Shan 华山di Barat). Malah di Hanging Temple, kami kecewa karena antrian untuk masuk Hanging Temple sangat panjang sehingga kami urungkan niat ke atas walau sudah beli tiket. Piknik ke Hanging Temple ini sungguh mengecewakan, apalagi mengingat sudah menyewa taxi Yuan 300, tidak bisa naik ke Hanging Temple maupun naik ke puncak Hengshan. Rupanya waktu liburan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Zhongguo untuk berekreasi di tempat gunung-gunung (mayoritas ada klentengnya) daripada ke klenteng di dalam kota. Klenteng menggantung ini dibangun di atas bukit dengan ketinggian 75 m dia tas tanah dan menurut sejarah Gunung Shangshen dibangun oleh seorang rahib bernama Liao Ran, lebih dari 1500 tahun yang lalu.
Xuankong Si dengan antrian panjang
Polisi sibuk koordinasi di Xuankong Si
Sementara itu 3 Oktober, Js. Wawan K dan istri balik ke Beijing karena harus ke Jakarta pada 5 Oktober dini hari pk. 02.00 dan tinggal saya dan Lany yang masih jalan terus sampai 7 Oktober. Pagi itu kami berdua berkunjung ke Yingxian Muta (karcis masuk Yuan 60) yang berjarak sekitar 70 km di barat laut dari kota Datong, naik bis dari Terminal Xinnan (Selatan Baru) dengan tiket hanya Y 25. Yingxian Muta adalah sebuah pagoda yang terbuat dari kayu dengan ketinggian 67,31 m dengan diameter 30,27 m dan dibangun pada 1056 pada dinasti Liao. Pagoda ini lebih tinggi 30 m daripada pagoda Putih yang terkenal di Beijing.
Tanggal 4 Oktober hari itu saya berdua dengan istri hanya menghabiskan waktu menyusuri jalan-jalan perkampungan kuno yang sangat sederhana melewati gang-gang kecil, di bawah sebuah payung dengan butiran hujan-hujan kecil, amat romantis kalau divideokan. Saya juga menemukan nuansa kehangatan dan kegembiraan di sebuah rumah dengan atribut warna merah, sebuah suasana pengantin baru. Melewati gang tsb, saya juga menyusuri dan mencari Guandi/Guangong Miao (tiket masuk Yuan 30). Pengunjung saat itu hanya saya+Lany. Ada juga pasangan muda yang mau masuk namun karena didekati petugas untuk membeli tiket, mereka batal masuk. Setelah kami membeli 2 set dupa 3 batang @ Yuan 1/batang dan bersembahyang, di kejauhan tampak ada sepasang orang yang juga masuk ke klenteng Guandi Miao. Hujan rintik-rintik siang itulah yang menjadi penyebab orang enggan jalan-jalan.
Guandi yang agung
Guandi yang gagah
Pedang Guandi
Kebahagian dalam kesederhanaan
Resto untuk resepsi pernikahan di kampung
Pada 5 Oktober pagi saya berkemas-kemas untuk check out hotel di Datong dan sekalian minta bantuan resepsionis Jinjiang Inns untuk memesankan hotel yang sama di Beijing. Eh ternyata saya mendapatkan seorang guiren / kuijin yang mau mengajak saya numpang mobilnya. Jadilah saya dan Lany naik Honda Odyssey ke Beijing free dan diantar ke stasiun subway no.1 terdekat untuk ke hotel. Esoknya kami bangun santai dan setelah check out pagi itu, kami jalan-jalan santai ke Xidan sampai sore dan malamnya harus ambil koper di hotel Jade Hotel lalu naik taxi ke bandara (habis Yuan 76, jauh lebih murah daripada ketika sewa mobil Yuan 600 untuk 8 orang). Pk. 02.40 an dini hari tanggal 7 Oktober kami terbang ke Kuala Lumpur. Karena terbang dari Beijing terlambat akhirnya sampai KL juga terlambat dan setelah masuk ruang transit, tiba-tiba harus cepat-cepat segera boarding lagi. Dari Kuala Lumpur ke Surabaya sampai pk. 11.15 siang WIB.
Taman-taman indah di Beijing
Lambang persatuan suku-suku di Beijing
Zaijian Zhongguo. Zaijian Kongzi guli dongfang shengcheng. Zaijian Wen/Kong Miao.
Surabaya, 8 Oktober 2012
this really is impressive posting, thanks for your time combine ones own way in this post, my business is less costly jerseys offer, in particular person demand it, call us, thanks for your time.
terima kasih atas artikel anda yang menarik dan bermanfaat ini. semoga memberikan manfaat bagi pembacanya. saya memiliki artikel sejenis yang bisa anda kunjungi di sini pariwisata